SEJARAH DESA


TANUREJO DESA BERBUDAYA

 

  1. Letak dan Asal Usul Desa
  1. Letak

Desa Tanurejo merupakan salah satu desa di wilayah Bansari Kabupaten Temanggung, terletak pada garis lintang (ordinat) 7,28444 oLS dan 110,075 oLU. Wilayah Desa Tanurejo terletak di lereng timur gunung Sindoro pada ketinggian 911 m dari permukaan laut (DPL). Dengan curah hujan 560 mm dan suhu 19 oC – 24 oC menjadikan Desa Tanurejo cocok sebagai salah satu wilayah pertanian, baik untuk tanaman pangan ataupun perkebunan. Luas wilayah Desa Tanurejo 58,100 Ha, sebagian besar wilayahnya berupa tanah pertanian (49 Ha) (sumber Wikipedia)

Wilayah Desa Tanurejo berbatasan dengan :

  • Sebelah Selatan      : Wilayah Desa Mojosari dan Depokharjo
  • Sebelah Barat           : Wilayag Desa Gentingsari dan Mojosari
  • Sebelah Utara          : Wilayah Desa Watukumpul
  • Sebelah Timur          : Wilayah Desa Ringinanom

 

  1. Asal Usul Nama Desa

Asal usul Nama Desa Tanurejo ada 2 versi yang berkembang di masyarakat

  1. Versi 1

Desa Tanubayan merupakan gabungan dari Dusun Cublikan/ Ngaglik (wilayah barat)dan Dusun Dalangan (wilayah timur)

Nama Tanubayan berasal dari kata Tanu dan Bayan. Kata Tanu diambil dari nama pendiri desa yang bernama Kyai Sentanu Murti (1830). Kyai Sentanu Murti adalah salah satu prajurit dari pasukan Diponegoro yang bertugas di wilayah Kadipaten Makukuhan. Selain sebagai prajurit, beliau juga melakukan penyebaran agama Islam di lereng gunungSindoro. Sedangkan kata Bayan diambil dari nama tempat Kyai Sentanu mendirikan pemukiman yaitu di Sebayan.

Kyai Sentanu sendiri diyakini dimakamkan di tempat pemakaman umum desa Tanurejo, namun sejauh ini belum ditemukan tempat yang pasti, makam dari pendiri desa tersebut.

Setalah Indonesia merdeka, dilakukan penataan Desa pada tahun 1950 Desa Tanubayan diganti namanya menjadi desa Tanurejo dengan harapan agar menjadi Desa yang Makmur (rejo), mengingat pada waktu tersebut Desa Tanubayan dilanda paceklik akibat hama tikus yang berkepanjangan,

Setelah berganti nama menjadi Tanurejo, Desa Tanubayan yang semula hidup serba kekurangan lambat laun berubah menjadi sejahtera seperti saat ini, bahkan saat ini sudah menyandang status sebagai salah satu Desa Mandiri berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) yang dicapai pada tahun 2022.

 

  1. Versi 2

Sehubungan dengan pernah ditemukan peninggalan benda Prasejarah di Desa Tanurejo (Nekara). Berhembus bahwa Nama Desa Tanurejo sudah ada sejak jaman dahulu kala dengan Nama Tanurejo tanpa pernah dirubah yang berasal dari kata Tanur dan Rejo.. Tanur yang berarti alat Pemrosesan peleburan Logam dan Rejo yang berarti Makmur, Desa Tanurejo adalah Desa yang memproses peleburan logam untuk kemakmuran masyarakat.

Sedangkan Tanbayan adalah sebutan lain dari Desa Tanurejo yang berasal dari kata Wetan dan Sebayan. Hal ini melihat Lokasi Desa Tanurejo yang berada di sebelah Timur Desa Sebayan (Desa yang sekarang sudah hilang masuk wilayah Desa Gentingsari) sehingga masyarakat sekitar kalau akan pergi ke Desa Tanurejo sering menyebut Tanbayan (Wetan Sebayan).

Untuk Dusun Cublikan/Ngaglik (wilayah barat) dan Dusun Dalangan (wilayah timur) adalah nama Dusun jaman dahulu kala yang ada di wilayah Desa Tanurejo yang sekarang berubah dengan nama Tanurejo I (RW 01) dan Tanurejo II (RW 02)

Desa Tanurejo setelah Indonesia merdeka merupakan bagian dari wilayah kecamatan Parakan. Setelah adanya pemekaran wilayah kecamatandi kabupaten Temanggung pada tahun 2001, Desa Tanurejo menjadi salah satu Desa di wilayah Kecamatan Bansari.

  1. Masa Kepemimpinan Pemerintahan Desa

Sejak berdirinya Desa Tanubayan sampai menjadi Desa Tanurejo, telah terjadi pergantian kepemimpinan. Berdasarkan penuturan dari tokoh masyarakat Desa Tanurejo, masa kepemimpinan Pemerintah Desa Tanurejo adalah sebagai berikut :

  1. Masa Pemerintahan Singo Diwiryo

Bapak Singo Diwiryo merupakan Lurah pertama yang tercatat dalam perkembangan Desa, beliau adalah Lurah Desa Dalangan. Pada saat itu penetapan jabatan Lurah masih dilakukan berdasarkan keturunan. Pada masa itu, Lurah sebuah wilayah berasal dari keturunan Lurah sebelumnya, dan campurtangan pemerintah Hindia Belanda masih sangat dominan dalam memberikan tumpuk kekuasaan pada seseorang untuk memperoleh jabatan Lurah. Sifat otoriter masih sangat dirasakan, hal ini terjadi karena Lurah merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah feodal Hindia Belanda.

 

  1. Masa Pemerintahan Mertodimedjo

Pemerintahan Bapak Mertodimedjo merupakan lanjutan dari pemerintahan sebelumnya, pada masa pemerintahan Bp. Mertodimedjo dilakukan penggabungan dua wilayah, yaitu Desa Ngaglik dan Desa Dalangan menjadi satu wilayah yaitu dengan nama Desa Tanubayan.

Pada masa pemerintahan ini kesenian masyarakat berkembang pesat, terutama seni kerawitan dan pedalangan. Bahkan setiap 35 hari sekali (selapanan) diadakan pertunjukan wayang kulit, sebagai ungkapan rasa syukur, sekaligus sebagai ajang komonikasi antara pemerintah desa dan masyarakatnya.

Selain dampak positif berkembangnya kesenian sebagai salah satu wujud pelestarian budaya, namun ada dampak negatif yang ditimbulkan akibat seringnya pementasan kesenian, yaitu merosotnya perekonomian masyarakat, karena dengan banyaknya pentas seni semakin besar pengeluaran yang dialami masyarakat.

 

  1. Masa Pemerintahan Karyodihardjo (1930-1945)

Pemerintahan Bapak Karyodihadjo merupakan masa pergerakan nasional, dan masa mendekati perang dunia ke I dimana terjadi transisi penguasa dari pemerintahan Hindia Belanda kepemerintah Jepang. Masa itu adalah masa sulit yang dialami oleh seluruh bangsa Indonesia tidak terkecuali desa Tanubayan. Pada saat itu seluruh hasil bumi diangkut oleh tentara Jepang sehingga masyarakat kekurangan sandang dan pangan. Hal ini diperparah lagi dengan adanya wabah penyakit PES akibat merajalelanya hama tikus.

 

  1. Masa Pemerintahan Moch Sumarto, periode I (1945 – 1975)

Bapak Moch Sumarto merupakan Lurah pertama setelah Indonesia Merdeka. Beliau menjadi Lurah dari hasil pemilihan secara langsung oleh masyarakat Desa Tanubayan, pemilihan dilakukan secara sederhana yaitu dengan memberikan suara berupa lidi yang diletakan dalam masing-masing tempat calon Lurah. Calon yang mendapat lidi terbanyak adalah calon yang terpilih menjadi Lurah.

Pada masa periode ini nama Desa Tanubayan dirubah menjadi Desa Tanurejo, selaras dengan penataan Desa oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950.

Bapak Moch. Sumarto merupakan Lurah yang cerdas sehingga Beliau mendapat jabatan Palang (koordinator Lurah) , beliau menjadi Palang untuk wilayah Desa Tanurejo, Desa Watukumpul, Desa Purborejo, Desa Ringinanom, dan Desa Dangkel.

Selain sebagai menjabat sebagai palang, Bapak Moch. Sumarto pada tahun 1955 – 1965 menjadi anggota DPRD Temanggung.

Pada masa pemerintahannya dilakukan pembangunan diantaranya

  • Pembangunan jembatan Kali Besi
  • Pembangunan jembatan Kali Dalangan
  • Pembangunan irigasi Kali Suren
  • Penataan lingkungan pemukiman
  • Membangun masjid secara swadaya
  • Melakukan gerakan pola hidup bersih bagi keluarga (setiap minggu perangkat keliling ke rumah warga sambal bersosialisasi)

 

  1. Masa Pemerintahan PDj Sutikno (1975 - 1981)

Pada tahun 1975 terjadi kekosongan jabatan Kepala Desa akibat perubahan peraturan perundang-undangan pada masa orde baru. Untuk menjalankan roda pemerintahan desa dibeberapa desa diangkat pejabat pelaksana Kepala Desa yang berasal dari Perangkat Desa Senior. Bapak Sutikno yang sebelumnya menjabat sebagai Carik (Sekretaris Desa) diangkat sebagai PDj Kepala Desa Tanurejo.

Pada masa pemerintahan Bapak Sutikno dilakukan berbagai pembangunan diantaranya :

  • Membangun gedung Sekolah Dasar Negeri Tanurejo
  • Membangun gedung balai desa
  • Membangun jembatan Kali Cingkru
  • Melakukan perubahan rute jalan Tanurejo – Ringinanom
  • Membangun perkerasan jalan lingkungan desa dan jalan antar desa
  • Membangun saluran irigasi dalangan
  • Menghidupkan seni kerawitan dan Kuda Lumping Madyo Laras.
  • Membentuk kelompok Tani Tarumartani

 

  1. Masa Pemerintahan Moch Sumarto, periode II (1981 – 1990)

Tahun 1981 Bapak Moch. Sumarto kembali dipercaya oleh masyarakat Desa Tanurejo sebagai Kepala Desa untuk kedua kalinya setelah memenangkan Pemilihan Kepala Desa pada Tahun 1981.

Pada masa pemerintahan yang kedua beliau melakukan pembangunan antara lain :

  • Pelebaran jalan lingkungan perumahan dari 3 m menjadi 4,5m
  • Rehap perkerasan jalan desa
  • Membangun kantor Pemerintah desa Tanurejo
  • Menata pagar rumah warga (pagar permanen)
  • Membuka jalan RT 03
  • Membuka akses jalan Tanurejo – Mojosari (Tanjungsari)
  • Membuka wilayah permukiman baru (RT 03/ 01 dan RT 03/02)
  • Membentuk Kelompok Wanita Tani Rini Nabati
  • Melanjutkan program pola hidup bersih bagi warga.

Pada masa pemerintahan beliau, kelompok Tani Tarumartani pernah mendapatkan kunjungan dari perwakilan pemerintah Australia.

Selain itu di bidang pertanian warga Desa Tanurejo (Ibu Raminah) menjadi duta Wanita Tani Kabupaten Temanggung, untuk mengikuti Konggres HKTI Tahun 1981 di Jakarta.

 

  1. Masa Pemerintahan Radiyo (1990 – 1999)

Bapak Radiyo merupakan Kepala Desa Ke-7 dari hasil pemilihan Kepala desa tahun 1990. Pada masa pemerintahanya melakukan pembangunan sebagai berikut :

  • Membangun gedung PKK
  • Membangun jalan tembus RT 01/01 sampai RT 03/02
  • Membangun saluran irigasi pertanian wetan omah (RT 02)
  • Membentuk kelompok UEDSP dan UP2K
  • Merintis simpan pinjam kelompok dawis
  • Merehap pembangunan Masjid secara swadaya

 

  1. Masa Pemerintahan Sutanta,SH,  periode I (1999 – 2013)

Era Reformasi merubah tatanan pemerintah Indonesia, kehidupan demokrasi lebih diutamakan. Sebagai tokoh muda Bapak Sutanta SH tampil memimpin Desa Tanurejo setelah memenangkan pemilihan Kepala Desa pada tahun 1999 sebagai calon tunggal untuk dua periode pemilihan. Banyak prestasi yang telah ditorehkan selama kepemimpinan beliau baik kegiatan fisik maupun non fisik diantaranya :

  • Menyususun perencanaan pembangunan desa (pada masa itu belum dikenaldanya RPJMDesa).
  • Menghidupkan kembali kelompok seni di setiap lingkungan
  • Membangun DAM si Curug (Dam yang dinantikan sejak tahun 1963)
  • Membangun jembatan Kali Dalangan
  • Membangun Saluran Irigasi Pertanian (Si Curug – Wetan Omah)
  • Membangun saluran pembagi air di beberapa blok sawah.
  • Membangun JUT
  • Mengaktifkan kelompok Tani (Tarumartani I dan Tarumartani II)
  • Mengaktifkan Kelompok Wanita Tani Rini Nabati
  • Membentuk Kelompok Ikan dan Kelompok Ternak
  • Membentuk Karang Taruna
  • Membentuk Takmir Masjid
  • Membangun Mushola (secara swadaya)
  • Membangun kolam ikan (dalangan)
  • Mendorong partisipasi masyarakat lingkungan RT untuk mandiri (mempunyai aset)
  • Melakukan rehap perkerasan jalan lingkungan permukiman
  • Membangun gedung serbaguna
  • Membangun Lumbung Desa
  • Membangun Gedung PAUD
  • Membangun Poliklinik Desa
  • dll

 

  1. Masa Pemerintahan Sumiyati (2013 – sekarang)

Ibu Sumiyati merupakan Kepala Desa Wanita Pertama di Desa Tanurejo, beliau adalah istri dari Bapak Sutanta SH Kepala Desa periode sebelunya.

Seperti halnya Bapak Sutanta SH, dibawah kepemimpinan beliau banyak prestasi yang diukir, diantaranya :

  • Mengikutsertakan warga / kelompok masyarakat dalam berbagai lomba kegiatan baik tingkat Kecamatan maupun Kabupaten, dan membuktikan bahwa masyarakat Tanurejo adalah warga yang berprestasi, terbukti dengan berbagai lomba yang diikuti, perwakilan desa Tanurejo memenangkan lomba tersebut. Diantaranya Lomba Kudapan, Lomba UP2K, Lomba Drum Band, Lomba Kuda Lumping, dll.
  • Membawa Desa Tanurejo sebagai Juara II Desa Lomba Tingkat Kabupaten dan sebagai Juara I Lomba Pelaksana Terbaik Gotong Royong Masyarakat (GRM) Tingkat Provinsi Jawa Tengah
  • Melestarikan kebudayaan disetiap lingkungan
  • Membangun jalan beton/Paving permukiman
  • Membangun jalan beton Tanurejo – Ringinanom
  • Membangun jaringan air bersih dan pengelolaanya
  • Membentuk pengelola sampah
  • Merehap Masjid Baitul An Nam
  • Membentuk BUMDesa
  • Membangun JUT
  • Membangun jalan tembus RT 03/02 – RT 04/02
  • Membangun jalan tembus RT 04/02 – RT 03/01
  • Membangun RTH (sarana olah raga dan bermain anak)
  • Melakukan Program Rehap Rumah Tidak Layak Huni
  • Penyediaan Jamban sehat keluarga
  • Membangun jalan tembus dan jembatan Tanurejo – Depokharjo, dll
  1. Peninggalan Sejarah

Peninggalan sejarah masa lampau yang berupa prasasti atau benda purbakala lainnya ada sebuah nekara yang ditemukan di Desa Tanurejo dan sekarang disimpan di Mesuem Etnografi di Leiden Belanda. Nekara adalah gendang perunggu berbentuk seperti dandang berpinggang pada bagian tengahnya dengan selaput suara berupa logam atau perunggu *). Selain Nekara ditemukan di Desa Tanurejo ada juga satu makam jika dilihat dari bentuk batu nisanya adalah peninggalan jaman dahulu. Batu nisan tersebut berbentuk lingga . Dari peninggalan batu nisan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan penduduk di wilayah desa Tanurejo sudah ada sejak jaman Mataram Hindu.

 

  1. Karakteristik Sosial Masyarakat

Masyarakat Desa Tanurejo mempunyai karakteristik yang mudah diatur, dan mempunyai semangat ingin maju. Tingkat pendidikan dari tahun ketahun semakin meningkat.

Masing-masing kelompok masyarakat yang tergabung dalam Dawis, paguyban RT ataupun kelompok lainya berusaha untuk selalu berpartisipasi untuk menuju kemandirian. Hal ini dibuktikan bahwa setiap kelompok masyarakat memiliki asset yang digunakan untuk menunjang kegiatan social kemayarakatan. Aset mereka peroleh dengan cara berswadaya.

Kehidupan beragama juga berjalan baik, masyarakat Tanurejo berkeyakinan bahwa Agama menjadi pengarah jalanya kehidupan sehingga mereka memegang teguh ajaranya tanpa harus merendahkan agama dan kepercayaan orang lain. Pendidikan agama dimulai sejak Dini dengan kesertaan anak dalam TPQ.

 

 

 

  1. Seni Budaya Masyarakat

Seni adalah jiwa masyarakat Desa Tanurejo, dengan melihat sejarah masa lalu kesenian tidak pernah terpisahkan dari kehidupan warga masyarakat Desa Tanurejo. Berbagai kesenian yang telah ada sejak dahulu terus dilestarikan, diantaranya Kuda Lumping, Rebana, Sholawatan, Dibaan, Khosidahan, Lengger, Wulansunu, Drum Band, Kolintang, Tari masal, dll.

Perkembangan seni budaya tradisional ini membawa dampak positif untuk meredam masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia bahkan merusak mental dan moral generasi muda.

Pementasan kesenian dilakukan minimal setahun sekali, dan juga untuk memeriahkan even even tertentu, baik di Desa ataupun atas undangan pihal luar desa.

Upacara bersih desa (Nyadran) juga tetap dilakukan sebagai bentuk rasa syukur pada Dzat Pemberi Hidup.

 

  1. Matapencaharian Potensi Ekonomi Desa

Sebagaian besar masyarakat Desa Tanurejo bermata pencaharian sebagai petani. Pada awalnya pertanian di desa Tanurejo adalah pertanian konvensioanal, para petani hanya melakukan budidaya tanaman padi dan jagung. Sekitar tahun 1978 petani desa Tanurejo mulai melakukan budidaya tanaman tembakau yang hasilnya secara ekonomi cukup membanggakan. Variatas pertama yang ditanam saat itu adalah tembakau varietas genjah manthili dan gober. Karena lahan yang dimiliki petani rata-rata kurang dari 2.000 m2 maka hasil yang diperoleh dari kedua varietas tersebut hanya sedikit. Dari perkembangan pengetahuan dan pengalaman, petani Desa Tanurejo mulai membudidayakan tembakau Garut yang dinilai cocok untuk iklim persawahan seperti lahan di Desa Tanurejo. Dengan budidaya Tembakau varietas Garut, ternyata hasilnya meningkat pesat, hal ini berpengaruh dalam peningkatan taraf perekonomian masyarakat.

Namun kejayaan tembakau mulai surut sejak tahun 2011. Surutnya kejayaan budidaya tembakau memaksa petani desa Tanurejo untuk beralih haluan ataupun melakukan kombinasi budidaya pertanian.

Alternatif budidaya yang dilakukan sejak tahun 2011 hingga sekarang adalah budidaya tanaman sayuran (cabe, tomat, brokoli, kobis, dll), alhasil budidaya ini mampu memberikan kontribusi yang menjanjikan untuk menambah penghasilan disela-sela lesunya harga tembaku yang semula menjadi komoditas andalan.

Meskipun tanaman perkebunan menjadi andalan perokonomian masyarakat, namun budidaya padi tetap dilakukan untuk tetap menjamin ketersediaan pangan. Pada awalnya petani melakukan pesemaian padi/ tanaman holtikultura ketika panen tiba, dengan berjalanya waktu sekarang petani sudah mempersiapan persemaian terlebih dahulu dalam bentuk polybag sehingga dapat mengurangi waktu tunggu persemaian, disaat panen belum tiba. Dengan metode ini petani sekarang petani mampu melakukan budidaya berbagai jenis tanaman dalam kurun waktu satu tahun masa tanam. Tentu saja hal ini akan meningkatkan pendapatan.

Dengan perkembangya pengetahuan dan inovasi petani desa Tanurejo melalui kelompok tani telah berhasil memproduksi pupuk organik dan pestisida organik , baik berbentuk cair ataupun padat. Dengan perkembangan kemampuan tersebut pada akhirnya dapat mengurangi biaya produksi budidaya pertanian.

Padi merah juga menjadi salah satu komoditas unggulan Desa Tanurejo, dimana saat ini permintaan beras merah BC meningkat pesat, karena diyakini dapat meminimalisir kadar glukosa bagi konsumen penderita Diabates.

Budidaya perikanan juga terus dilakukan sebagai salah satu alternatif usaha peningkatan perokonomian masyarakat, selain untuk mencukupi gizi keluarga. Pada awalnya budidaya ikan hanya dilakukan dengan menyebar benih ikan di kolam, yang hasinya sangat tergantung dengan alam. Namun saat ini telah dilakukan upaya dengan memberikan makanan agar pertumbuhan ikan dapat lebih baik.

 

Ditulis Oleh :

 

Agus Santoso

Perwakilan Desa Tanurejo Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung

 

*) Buku Sumber Sejarah Nasional Indonesia Zaman Prasejarah di Indonesia Penertbit Balai Pustaka Jilid I Tahun 1982 hal 247-248

https://munas.kemdikbud.go.id/epicture/image/nekara.yBRq/

chat
chat